Pentingnya Pangkalan Militer Natuna
Di langsir dari blog BETHOROKOLO. Blog ngah-ngoh ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI. Kali ini mengupdate artikel tentang Pentingnya Pangkalan Militer Natuna.



Sekian blog ngah-ngoh ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI dengan artikel tentang Pentingnya Pangkalan Militer Natuna semoga bermanfaat. Terimakasih telah membaca blog ngah-ngoh.
JKGR-(IDB) : Ibarat  orang yang sedang kehausan di padang pasir, di siang hari yang terik.  China terus mengencangkan cengkeramannya ke sumber-sumber minyak yang  mereka klaim, maupun pasokan dari negara lain. 
Perekonomian China sedang  meroket membutuhkan pasokan gas dan minyak yang berlimpah, untuk  menggerakkan mega-industri mereka. China dan Rusia mengerahkan kemampuannya untuk menjaga posisi  Presiden Suriah, Bashar Assad, dari gangguan*NATO dan AS, demi  mengamankan pasokan minyak Suriah ke China.  China pun menggelar kapal  perang di sekitar Karang Scarborough, agar Filipina tidak coba-coba  mengklaim pulau tersebut. 
Diperkirakan potensi gas alam di Karang  Scarborough Laut China Selatan, sekitar 7.500 kilometer kubik atau 266  triliun kaki kubik.(see:  http://jakartagreater.com/2012/05/karang-unarang-ambalat-hingga-scarborough  ).
Selain Filipina, Vietnam adalah negara yang senyata-nyatanya  merasakan tekanan itu. Vietnam, mulai memodernisasi kapal perang mereka  (Gepard Class dan Sigma Class), serta mulai membangun pertahanan rudal  yakhont di garis pantai, untuk melindungi pulau di Spratly yang  bersengketa dengan China di Laut China Selatan.
Bukan hanya Filipina dan Vietnam yang merasa resah. Amerika Serikat  pun merasakannya dan mulai menempatkan pasukan di Australia, untuk  mengimbangi gerakan agresif China.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Indonesia pun tidak aman. China mengklaim, seluruh laut China Selatan di  Asia Tenggara, merupakan wilayah China dengan asalan bagian dari  sejarah kerajaan Tiongkok.
Dan seperti yang diketahui, wilayah Natuna memiliki cadangan gas 14 juta  barel dan gas bumi diperkirakan 1,3 milyar kubik. Jika tidak dijaga  dengan baik Pulau Natuna ini, bisa saja diklaim negara lain.
Mabes TNI sendiri telah mengidentifikasi, bahwa laut Natuna menjadi  bagian dari “hot spot”, selain Selat Malaka, Laut Sulawesi dan Laut Aru.  Kesadaran itu mulai ditindaklanjuti dengan menggelar latihan Perang di  Natuna yang melibatkan 1100 personil dengan 14 kapal perang. 
Skenarionya ada dua. Pesawat asing menyusup ke Natuna serta  menjatuhkan bom ke kapal Pangkalan TNI AL Mentigi, Tanjunguban. Skenario  kedua, 7 kapal perang asing masuk ke Laut Natuna Kepulauan Riau dan  terjadi pertempuran dengan beberapa kapal KRI. Pasukan Asing berhasil  menguasai Pulau Mantang. 
Menurut Panglima Komando Armada Kawasan Barat, Laksamana Muda Didit  Ashaf, latihan terpadu ini untuk meningkatkan profesionalisme prajurit,  sekaligus mengetahui kesiapan personil dan material, sehingga kekurangan  dalam latihan dapat disempurnakan secara terencana.
Ancaman di Kepulauan Natuna terus meningkat. Dalam satu tahun terakhir,  telah terjadi pergeseran “Hot Area” dari Selat Malaka, ke Perairan Laut  China Selatan di Kepulauan Natuna. Kapal-kapal nelayan asing, kini  berebut untuk menguras ikan di perairan Natuna. Lantamal  IV/Tanjungpinang sudah beberapa kali menangkap nelayan Vietnam yang  mencuri ikan di sana, yang nilainya mencapai miliaran rupiah.
“Baru-baru ini ada sekitar 20 kapal ikan asing yang memasuki perairan  Ranai, Natuna. Namun mereka berhasil kabur saat dikejar oleh KRI,”  ungkap Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang, Laksamana Pertama TNI  Darwanto.
Selain itu, pelanggaran hukum yang sering terjadi adalah: Human  Trafficking, Perompakan di Laut dan Illegal Mining. Pencemaran dan  perusakan ekosistem laut juga kerap terjadi.
Saat ini TNI AL TNI-AL mengoperasikan satu unit kapal perang untuk  mencegah dan menangkap nelayan asing yang mencuri ikan di Natuna,  Kepulauan Riau. Namun satu unit KRI belum mencukupi untuk mengawasi  perairan Natuna yang sangat luas.
“Nelayan asing tampaknya memiliki mata-mata di perairan Natuna. Orang  yang memberi informasi terkait kondisi keamanan yang dibutuhkan nelayan  asing tersebut diduga warga negara Indonesia”, ujar Komandan Lantamal  IV/Tanjungpinang.
Panglima Daerah Militer I/Bukit Barisan Mayjen Lodewijk Freidrich  Paulus melihat Pulau Natuna semakin memiliki ancaman yang nyata.  “Keberadaan pasukan di Natuna, sudah mendesak. Ini dilakukan demi  menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI dari ancaman negara asing”, ujar  Mayjen Lodewijk Freidrich.
Saat ini jumlah pasukan Angkatan Darat di Natuna, baru dua kompi (200  orang). Kodam Bukit Barisan berencana menambahnya menjadi satu batalyon  secara bertahap. 
Namun menurut mantan Danjen Kopassus itu, keberadaan Angkatan Darat  saja, tidak cukup. “Kita perlu memperkuat kekuatan di Natuna, tidak  hanya TNI AD saja, tetapi gabungan seluruh TNI,” ujar Pangdam Bukit  Barisan.
 Postur Pertahanan Angkatan Darat, memang mulai berubah dengan  mendorong pasukan lebih mendekat ke perbatasan maupun ke pulau pulau  terluar. Perubahan ini sudah cukup terasa di Kalimantan yang berbatasan  dengan Malaysia. Namun bagaimana dengan Natuna ? KRI apa yang akan  dikirim ke sana, untuk menjaga gerakan frigat dan destroyer China yang  mulai gencar mengarungi Laut China Selatan ?. Indonesia perlu membangun  Pangkalan Militer Natuna 
Sumber : JKGR 
Sekian blog ngah-ngoh ini memberikan informasi tentang Kabar Militer Indonesia, Update Info Militer Dunia dan Indonesia, Alutsista Militer, Alutsista Negara Indonesia, Alutsista TNI dengan artikel tentang Pentingnya Pangkalan Militer Natuna semoga bermanfaat. Terimakasih telah membaca blog ngah-ngoh.
 
0 komentar:
Posting Komentar